Remaja adalah masa transisi yakni peralihan dari seorang anak menuju ke jenjang dewasa. Pada masa ini seorang remaja cenderung ingin berbeda, ingin menunjukkan dirinya dan tentu saja sedang mencari figur yang tepat yang sesuai dengan jati dirinya. Pada masa ini pula remaja menjadi lebih senang bergaul dengan teman sebayanya daripada kepada orang tua atau saudara dekatnya. Teman bagi seorang remaja amatlah penting sehingga pemikiran dan perilakunya tidak akan jauh dari pemikiran dan perilaku temannya tersebut. Meski begitu, pada masa ini bimbingan serta kasih sayang orang tua kepada anak sangatlah diperlukan. Karena masa sosialisasi pertama anak adalah dalam lingkungan keluarga. Begitulah hal yang saya diskusikan menyangkut masalah remaja saat ini bersama Ketua BADKO TKA TPA Rayon Kecamatan Bantul Bapak Hery Subanto di rumahnya.
Remaja adalah Generasi muda harapan bangsa, pembawa tongkat estafet perjungan bangsa. Bangsa Indonesia. Kita sebagai generasi muda dituntut untuk dapat mengemban amanah ummat dan meneruskan perjuangan pemimpin terdahulu. Namun apa yang terjadi sekarang justru malah semakin memprihatinkan. Pada saat ini terjadi degradasi moral dan intelektualitas menjadi persoalan yang pelik yang harus dicari solusinya.
Penurunan moral remaja juga dipengaruhi oleh semakin berkembangnya teknologi serta semakin bebasnya media massa, baik media elektronik maupun media-media massa lain yang semakin leluasa “mengekpose” budaya-budaya barat, budaya-budaya yang berbau pornografi dan pornoaksi, pergaulan bebas, yang memang tidak sesuai dengan nilai-nilai moral yang terkandung dalam kebudayaan bangsa kita, kebudayaan timur. Selain media massa, media-media yang tergolong milik pribadi, misalnya telepon genggam atau HP juga merupakan media yang cukup mudah dan aman untuk menyebarkan budaya-budaya amoral semisal gambar-gambar porno dan juga ucapan-ucapan kotor nan kasar yang setiap saat dapat diakses, diperoleh dengan mudah dan murah oleh para remaja kita. Hal ini makin diperparah dengan makin merebaknya peredaran narkoba dan juga minuman keras yang sebagian besar sasarannya adalah pelajar dan remaja, sehingga semakin lengkaplah jalan bagi penurunan moral generasi muda bangsa ini.
Melihat fenomena remaja yang seperti ini apakah kita hanya diam saja? Apakah kita hanya berpangku tangan dan menonton? Ataukah kita hanya menggembar gemborkan argumen yang teoritis dan rapi?. Saya merasa ngiris melihat fenomena ini.. Apalagi ketika di masyarakat saya menemuka istilah “Biarlah yang baik menjadi baik, yang buruk menjadi buruk”. Saya yakin, bahwa orang yang dikatakan buruk di dalam masyarakat dalam hati kecilnya pasti tak ingin seperti itu. Dia ingin berubah menjadi orang yang baik, menjadi tauladan dan berguna bagi msyarakat. Dan hal itu tak hanya saya jumpai seorang saja, atau dalam satu waktu saja namun beberapa orang dan dalam berbagai kesempatan.
Sekali lagi saya katakan bahwa jangan pandang mereka sebagai seorang yang sakit, hina, dll, namun ke arifan kita untuk memberikan sebuah solusi terbaik bagi merekalah yang diperlukan. Jangan sampai muncul lagi istilah istilah “Biarlah yang baik menjadi baik, yang buruk menjadi buruk”. Kita semua bersaudara, satu nusa, satu bangsa. Tak seharusnya kita terpecah-pecah..
ADS HERE !!!