Kerusakan/ kelainan pada sumsum tulang belakang
(SCI; Spinal Cord Injury) yang terjadi padaku membuatku mengalami hari-hari yang berat. Secara umum diriku mengalami penurunan fungsi motor atau sensorik dari ekstremitas bawah, atau dalam dunia medis disebut
Paraplegia.
Secara garis besar, diriku mengalami kerusakan di sepanjang tulang belakang sehingga merusak jaringan saraf pada medulla spinalis. Kerusakan saraf inilah yang menyebabkan kehilangan secara permanen fungsi dan sensasi pada tubuh bagian bawah.
Menjadi demikian dengan menggantungkan hidup dengan berbagai macam alat bantu bukanlah pilihanku. Jika diminta memlih aku ingin seperti pemuda kebanyakan yang mempunyai kehidupan normal. Tapi aku yakin Allah SWT menjadikanku seperti ini karena ada tujuanya.
Sejak aku dilahirkan, keadaanku memang sudah demikian adanya. Berbagai pengobatan dan perawatanpun telah aku jalani, hingga kini di usiaku yang mulai beranjak dewasa. Dukungan dari keluarga serta orang tua yang begitu sabar telah membuatku kuat menjalani hari-hari serta mengerti arti kehidupan.
Disabilitas atau kecacatan memang seringkali membuat penyandang cacat mengalami diskriminasi. Orang dengan disabilitas atau kecacatan umumnya menempati posisi marjinal dalam masyarakat. Pemahaman ini berasal dari representasi kultural, mitos dan diskriminasi stigma yang mempengaruhi pengalaman pada orang dengan disabilitas.
"Representasi sosial menganggap orang dengan disabilitas adalah makhluk abnormal, seperti anak-anak, membahayakan, aneh, tidak menarik, tidak mandiri, selalu membutuhkan perlindungan, tidak produktif, anti sosial dan memiliki kesehatan yang buruk," jelas Penchan Sherer, PhD, dari Department of Society and Health Faculty of Social Sciences and Humanities Mahidol University, Thailand.
Kini diusiaku yang 24 tahun aku merasa beruntung meskipun aku dilahirkan dalam keadaan “cacat” namun aku mampu berkarya dan berbuat sesuatu untuk masyarakat dan agama. Melalui Taman Pendidikan Al Qur’an (TPA) ku mulai melangkahkan kaki untuk mengabdikan diri di dalam masyarakat dan agama.
Kalau kita boleh jujur keberadaan TPA bisa dikatakan serba memprihatinkan. Mulai dari sarana dan prasarana pendukung pembelajaran yang ada, perhatian para ustadz/ah atau Pengurus TPA yang kebanyakan hanya waktu sisa semata.
Aku sangat bersyukur karena Allah SWT mentakdirkanku untuk memperkuat barisan Taman pendidikan Al Qur’an yang mulai banyak ditinggalkan. Mengabdi di Taman Pendidikan Al Qur’an merupakan panggilan, dan entah apa yang akan terjadi jika Allah SWT mentakdirkanku dengan keadaan seperti kebanyakan orang.
Menjadi difabel seringkali dipandang sebelah mata, misalnya dalam urusan asmara. Banyak cerita tentang difabel yeng selalu ditolak oleh lawan jenis atau orang tua yang tidak menginginkan anaknya berpacaran dengan seseorang yang berbeda karena dipandang tidak mampu memberi nafkah.
Setelah membaca kisah-kisah para penyandang difabilis, membuatku ingin membuktikan bahwa menjadi difabel juga bisa berkarya dan menghidupi keluarga. Wiraswasta adalah jalan yang ku tempuh setelah tidak diterima melamar di suatu rumah sakit di kotaku. Lagi-lagi dukungan keluarga dan Sahabat-sahabatku membuatku semangat dalam berwiraswasta.
Toko online dan desain grafis Surya Gemilang Creative dengan alamat website
www.suryagemilangcreative.com adalah usaha yang aku bangun sebagai wujud pengimplementasian dari ilmu yang aku dapat di STIMIK AMIKOM Yogyakarta. Surya Gemilang Creative berasal dari kata “Surya”, “Gemilang” dan “Creative” atau kreatif / kreatip (jawa). Surya berasal dari bahasa jawa yang artinya adalah matahari. Gemilang berarti bercahaya, terang-benderang dan cemerlang. Kreative berarti memiliki daya cipta atau memiliki kemampuan untuk menciptakan.